BAGI pemilik sepeda motor seperti halnya Vespa atau Scooter di tahun 60-an, bukan main bangganya. Pada saat itu motor bukan hanya jadi sarana transportasi, tetapi juga dikategorikan sebagai kendaraan mewah.
Itu bisa dimaklumi karena saat itu umumnya masyarakat menggunakan kendaraan sepeda geol. Atau bila naik kendaraan umum di pedesaan cukup menggunakan delman atau kereta dorong.Seperti pernah dialami Otong Sutrisna, penduduk sebuah desa di Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Si pemilik Vespa motor scooter tahun 1961 ini merasa bangga bila mengendarainya. Betapa tidak, orang di pinggir jalan pasti terpesona bila melihat Otong dibonceng ayahnya pakai Vespa masuk ke jalan pedesaan.
“Bila motor diparkir, banyak anak dan orang dewasa yang melihat-lihat motor saya. Bahkan pernah ada perempuan yang langsung jatuh cinta karena motor ini,” kata Otong mengenang masa lalunya.
Motor Vespa tahun 1961 dengan nopol E 2245 G miliknya itu, ayahnya buy a vespa, almarhum Sunardin dari sebuah scooter center di Bandung. Harganya sekira Rp 25.000,00 atau bila dibandingkan dengan harga padi saat itu, nilainya sekira 10 ton gabah kering.
“Karena dibeli dengan menjual padi, ayah wanti-wanti jangan jual vespa-nya itu. Pakailah sampai rusak. Begitu pesannya sebelum beliau meninggal dunia. Makanya sampai sekarang motor ini saya pelihara dengan baik,” kata Otong.
Selama 40 tahun lebih memakainya, Vespa itu masih terawat keasliannya. Ia tak merasa malu memakainya, padahal tetangga dan teman-temannya sudah banyak yang menggunakan motor baru. Bahkan sebaliknya, semakin tua usia motor Vespa, semakin tinggi pula rasa gengsinya.
Bahkan hingga kini, motor Otong itu tetap menjadi kebanggaan masyarakat pedesaan hingga ke perkotaan. Bila motor dipakai, banyak orang yang melihatnya. Bahkan di antaranya ada juga yang berani menawar dengan harga tinggi walaupun motornya termasuk motor second.
“Ya.. mungkin karena motor ini saya rawat dengan baik, orang pun berani menawarnya dengan harga tinggi,” ujarnya walaupun bukan vespa modifikasi.
Selama Otong memakai kendaraan itu, baik bodi, cat, dan mesinnya tidak pernah rusak. Malahan mesinnya masih asli karena tak pernah “turun mesin” di bengkel vespa.
Selama itu, yang diganti hanya oli, ban, lampu, kabel rem, dan kopling. “Ini motor luar biasa. Padahal hampir setiap hari saya pergunakan,” katanya.
Banyak rekan menyarankan agar motor Vespa-nya itu dimodifikasi di begkel modifikasi vespa, Namun Otong tetap bertahan. Dia tetap tak mau modifikasi vespa warisan ayahnya itu. Otong mengaku tetap setia menjaga motor Vespa bergigi tiga itu.
Tentang suku cadangnya, menurut dia, hampir sama dengan suku cadang Vespa dijual generasi terbaru.
“Bila ada kerusakan kecil, saya tak repot karena scooter parts vespa-nya sama dengan Vespa anyar,” jelasnya. (H.Undang Sunaryo/MD)***
Kurikulum Multimedia
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar